Apa sih cita-citamu? pasti setiap orang punya impian mau jadi apa dia kelak. ada yang mau jadi ini dan ada yang mau jadi itu. ada yang mau seperti ini dan juga ada yang seperti itu. Sah-sah aja seseorang mau milih mau jadi apa toh setiap manusia memiliki kesempatan untuk memilih dan hidup emang penuh dengan pilihan.

Sama seperti diriku, aku juga mempunyai impian mau jadi apa kelak tapi entah kenapa cita-citaku ini selalu berubah ngak pernah konsisten pada satu hal. contohnya sewaktu ku masih TK aku pengen banget bisa menjadi perawat gara-garanya setiap pagi ketemu sama mbak perawat yang cantik-cantik. Aku tertarik banget sama topi putih kecil yang ada di kepalanya (apa sih namanya, aku ngak tau) aku kan juga pengen punya topi seperti itu. Sampe-sampe dari cara mereka duduk aja aku tiruin dan yang ada di benakku saat itu kelak jika aku dah gede nanti aku akan menjadi perawat cantik dengan mengenakan seragam putih, rok selutut, topi mungil di atas kepala, bersikap dan duduk santun seperti mbak itu. huhhhh…. dasar anak kecil meniru apa yang ia lihat

Ketika beranjak SD cita-citaku berubah, di keluarga aku dikenal lembek, lemah gemulai seperti penari. so sejak itu aku jadi kepikiran enak juga ya menjadi penari bisa pake baju khas daerah, berdandan cantik dan menari di depan orang banyak. Senengnya bisa jadi perhatian orang tapi emang dasarnya ngak punya bakat tetep aja sampe sekarang impian menjadi penari itu ngak pernah kesampaian hanya sebatas impian aja.

Sewaktu duduk di bangku SMU lagi-lagi impianku berubah dan kali ini aku kepingin menjadi seorang dokter. impian ini berawal dari kondisi tubuhku yang kurang fit, selama 1 bulan tidak masuk sekolah, juga pernah 1 minggu nginap di rumah sakit dan setiap minggnya aku diharuskan periksa ke dokter. karena keseharian bertemu perawat dan dokter maka muncullah keinginan menjadi dokter. Kali ini aku semangat banget dan bertekad bisa masuk jurusan IPA. tapi lagi-lagi impianku harus dikubur dalam-dalam karna nilai pelajaranku tidak mendukung untuk masuk IPA dan lebih cocok ke IPS. Lama kelamaan aku ngerasa enjoy dengan jurusan ini dan tidak lagi bertemu dengan rumus-rumus yang memusingkan dan bahasa-bahasa aneh biologi.

Ketika duduk di bangku kuliah, masih seperti biasa impianku berubah dan kali ini inginnya bisa menjadi karyawan yang baik dan bekerja di perbankan. secara aku ambil jurusan keuangan dan aku mengagumi tetanggaku Tante Soraya dimana dia, suami dan adik nya sama-sama bekerja di bidang perbankan. Dulu juga pernah sewaktu SMP aku menginginkan cita-cita ini gara-gara diajak ibu ke bank dan aku melihat mbak yang cantik-cantik itu begitu nyamannya kerja di ruangan ber ac dan bahkan ada sambil duduk-duduk aja sambil melayani customer. aku semangat banget ingin segera selesai kuliah dan mewujudkan cita-citaku. Tapi sayang, setelah kuliahku selesai baru kuketahui aku ngak lolos buat bergabung di bidang ini hanya karna tinggi badanku yang kurang. duhhhhh….. sebelnya aku paling ngak suka kalo dah dikaitkan ke fisik segala. Hanya karna faktor ini lagi-lagi aku harus mengubur impianku dalam-dalam.

Dan kini ketika umur dah memasuki 20 sekian, aku masih punya cita-cita yang belum terwujudkan yaitu menjadi ibu seperti ibu. Aku memimpikan bisa menjadi ibu seperti ibuku. aku ingin seperti dia menjadi ibu yang baik, pinter masak, disayang keluarga dan tetep gaul bisa gabung dengan teman-temanku.
Ibu tuh orangnya asik banget bisa diajak seru-seruan, bercanda dan tempat curhat juga. mo cerita apa aja pasti nyambung mulai dari urusan pribadi, sekolah, teman, sampe ke masalah cowok, ibu adalah sosok yang asik tuk berbagi. Dia bisa menjadi istri, ibu dan juga sahabat bagi anak-anaknya.

Aku ingin bisa mendidik anakku kelak seperti ibu. Ada sesuatu yang beda pada ibu. Ia memiliki suatu aura, kharisma yang tak bisa dijelaskan tapi bisa dirasakan. ia mendidik kami dengan lemah lembut tapi terkadang tegas tapi tidak menggunakan kekerasan. Ibu tidak pernah memukul tapi kami anak-anaknya selalu patuh dan tunduk padanya. Ibu memberikan kebebasan kepada kami tapi ia tetap memberikan arahan dan batasan pada kebebasan itu agar tidak kelepasan (bebas sebebasnya) sehingga kami sebagai anaknya tetap bepikir dan memilah mana yang baik dan yang tidak.

Terkadang aku sempat berpikir apakah aku bisa seperti ibu, meniru dan meneladani dirinya. ibu memang ibu yang tebaik di dunia, you are the best mother i ever had. Bagiku menjadi ibu adalah sebuah kemuliaan dan doakan ya semoga cita-citaku yang satu ini kesampaian kelak aku bisa menjadi ibu seperti ibu.

i love u bunda