Aku terjatuh, jatuh di dasar hatimu. Gelap ku sendiri tak ada sedikit pun sinar harapan untukku keluar dari lubang ini. Aku berteriak meminta pertolonganmu, mengharapkan uluran tanganmu tapi apa yang kudapatkan. Melirikku saja kau tidak apalagi memberi tanganmu untukku. Sakit sekali rasanya mendapatimu acuh. Hadirku seperti tak dianggap. Seperti angin, ada namun tak terlihat. Itulah aku bagimu yang tak perlu dilirik apalagi dipedulikan.

Aku telah berhati-hati untuk tidak tersungkur pada hatimu, mengatur emosiku dan sekuat tenagaku memperhatikan langkahku tapi apa. Lagi-lagi aku terjatuh. Aku terjatuh oleh pesonamu dan kali ini jatuhku lebih dalam semakin terjerumus ke dasar hatimu. Aku kesakitan, sakit karena cintaku bertepuk sebelah tangan. Tak berbalas.

Kamu begitu dingin dan mungkin bagimu aku sama sekali tidak termasuk kriteria perempuan-perempuan yang pernah mengisi hatimu. Aku tak pandai dandan apalagi mengenakan high heels aku tak biasa. Tubuhku pun tak seproporsional pacarmu. Aku memang jauh dari kriteriamu tapi salahkah aku yang tanpa pernah kurencanakan apalagi ku inginkan jatuh di kedalaman hatimu. Mendambakan uluran tanganmu menggapaiku. Berharap kau juga bisa menyanyangiku seperti kekasihmu itu. Memimpikan sebuah cerita indah Putri Cinderella. Aku yang diibaratkan si Upik Abu. Hitam, gemuk dan tak pandai bergaya. Jerawat-jerawat bak bintang di malam hari menghiasi wajahku dan membuatku semakin tak menarik untuk dipandang. Dan kau bagaikan seorang pangeran berkuda putih yang tanpa diundang selalu hadir dalam mimpi-mimpiku. Putih, tampan dan selalu mengandalkan motor Mega Pro kesayanganmu sebagai sahabat sejati mengantarkanmu ke sana ke mari. Yang ku dengar motor itu kamu dapatkan ketika kamu lulus masuk perguruan tinggi negeri sebagai hadiah dari Papamu dan kau loncat girang seperti anak kecil yang diizinkan Ibu nya makan es krim cokelat. Di awal memiliki motor baru kau tak hentinya membawa motormu berkeliling kota. Lucu sekali tingkahmu waktu itu.

Aku selalu berkhayal kelak akulah yang akan menjadi putrimu, putri yang memenangkan hatimu untuk dipersunting menjadi ratu di hatimu selamanya. Berboncengan sambil memelukmu kita berkeliling kota dan kau mengenalkanku kepada teman-temanmu seakan terselip pesan β€œAku sudah ada yang punya dan inilah seorang putri yang mengisi hatiku”.

Akh, khayalanku terlalu tinggi, tak pantas aku memimpikanmu apalagi merebutmu dari kekasih tercintamu itu. Ingin rasanya aku berteriak meminta pertolongan darimu, mengeluarkanku dari kelamnya hatiku tanpa balasan cinta darimu. Menyingkirkan bayanganmu dari pikiranku. Mengapa cinta ini tidak bertanya dulu sebelum ia datang. Tidak ada kata permisi atau pun meminta ijin apakah aku bersedia jatuh cinta. Apakah ia tidak memikirkan sebelumnya akibat yang akan aku pikul gara-gara cinta yang salah jatuh. Aku yang tersiksa gara-gara cinta yang salah tempat atau lebih tepatnya salah orang.

Aku telah jatuh cinta pada kekasih sahabat dekatku, seorang sahabat yang jauh lebih dulu ku kenal daripada kekasihnya.

***** Bersambung

(sedang belajar bikin cerpen, ternyata saya masih perlu banyak belajar) πŸ˜€